Senin, 31 Oktober 2011

Keutamaan Puasa Arafah


Ibadah tathawwu' (sunnah; yang dianjurkan) merupakan perkara yang akan menambah pahala, menggugurkan dosa-dosa, memperbanyak kebaikan, meninggikan derajat, dan menyempurnakan ibadah wajib.

Allah Ta'ala berfirman,

فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرُُ لَّهُ

“Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lah yang lebih baik baginya.” (Qs. al-Baqarah: 184).

Demikian juga, hal itu merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, setelah melakukan kewajiban-kewajiban. Karena, mendekatkan diri kepada Allah itu dengan cara beribadah kepada-Nya dengan ibadah yang hukumnya wajib atau mustahab (yang disukai; sunnah). Mendekatkan diri kepada-Nya bukan dengan ibadah yang bid'ah tanpa bimbingan sunnah atau dengan kebodohan tanpa bimbingan ilmu. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits qudsi sebagai berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya, Allah berfirman, 'Barangsiapa memusuhi wali-Ku [Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa-pen.], maka Aku mengumumkan perang kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah nafilah (sunnah; tambahan; yang dianjurkan) sehingga Aku mencintainya.'” (HR. Bukhari, no. 6502).

Di dalam hadits di atas terdapat dalil, bahwa barangsiapa yang menghendaki dicintai oleh Allah, maka urusannya mudah baginya, jika Allah memudahkannya padanya. Yaitu dia melakukan kewajiban-kewajiban dan melakukan ibadah-ibadah tathawwu' (sunnah), dengan sebab itu, dia akan meraih kecintaan Allah dan walayah (perwalian) Allah.” (Al-Fawaid adz-Dzahabiyah Minal Arba'in Nawawiyah, hal. 143).

Kemudian, di antara amalan tathawwu' yang utama adalah puasa. Karena, puasa merupakan ibadah yang dapat mengekang nafsu dari keinginannya. Puasa juga akan mengeluarkan jiwa manusia dari keserupaan dengan binatang menuju keserupaan dengan malaikat. Karena orang yang berpuasa meninggalkan perkara yang paling lekat pada dirinya, yang berupa makanan, minuman, dan berhubungan dengan istrinya, karena mencari ridha Allah. Sehingga, itu merupakan ibadah dan ketaatan yang merupakan sifat malaikat. Sebaliknya, jika manusia mengumbar hawa nafsunya, maka dia lebih mendekati alam binatang.

Keutamaan Puasa Arafah

Di antara puasa tathawwu' yang paling utama adalah puasa Arafah. Yang dimaksud dengan puasa Arafah adalah puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada saat itu kaum muslimin yang melakukan ibadah haji berkumpul wukuf di padang Arafah.

Sebagian orang mendapatkan masalah ketika mendapati tanggal/kalender di negaranya berbeda dengan di Arab Saudi. Maksudnya, pada hari ketika jamaah haji sedang berkumpul di Arafah, yang hari itu adalah tanggal 9 Dzulhijjah di negara Arab Saudi, tetapi kalender di negaranya pada hari itu adalah tanggal 10 Dzulhijjah, umpamanya. Maka, apakah dia berpuasa pada tanggal 9 Dzulhijjah menurut kalender di negaranya sendiri, padahal di Arab Saudi masih tanggal 8 Dzulhijjah, dan para jamaah haji belum menuju Arafah. Atau dia berpuasa pada tanggal 10 Dzulhijjah menurut kalender di negaranya sendiri dan di Arab Saudi sudah tanggal 9 Dzulhijjah, dan para jamaah haji berkumpul di Arafah.

Dalam hal ini yang menjadi ukuran adalah wuquf di Arafah, bukan kalender di negaranya. Karena di dalam hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut dengan “puasa hari Arafah”, sehingga mestinya wuquf di Arafah itulah yang menjadi ukuran. Wallahu a'lam.

Keistimewaan Hari Arafah

Hari Arafah memang salah satu hari istimewa, karena pada hari itu Allah membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah di hadapan para malaikat-Nya. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمُ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ

“Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman, 'Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?'” (HR. Muslim, no. 1348; dan lainnya dari 'Aisyah).

Olah karena itulah, tidak aneh jika kaum muslimin yang tidak wukuf di Arafah disyariatkan berpuasa satu hari Arafah ini dengan janji keutamaan yang sangat besar.

Marilah kita renungkan hadits di bawah ini, yang menjelaskan keutamaan puasa Arafah, yang disyariatkan oleh Ar-Rahman Yang Memiliki sifat rahmat yang luas dan disampaikan oleh Nabi pembawa rahmat kepada seluruh alam.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari 'Asyura' (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, no 1162, dari Abu Qatadah).

Alangkah pemurahnya Allah Ta'ala. Puasa sehari menghapuskan dosa dua tahun! Kaum muslimin biasa berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadhan, dan mereka sanggup melakukan. Maka, sesungguhnya berpuasa satu hari Arafah ini merupakan perkara yang mudah, bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.

Barangsiapa membaca atau mendengar sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia ini pastilah hatinya tergerak untuk mengamalkan puasa tersebut. Karena, setiap manusia pasti menyadari bahwa dia tidak dapat lepas dari dosa.

Dosa Apa yang dihapus?

Apakah dosa-dosa yang dihapuskan itu meliputi semua dosa, dosa kecil dan dosa besar? Atau hanya dosa kecil saja? Dalam masalah ini para ulama berselisih.

Sebagian ulama, termasuk Ibnu Hazm rahimahullah, berpendapat sebagaimana zhahir hadits. Bahwa semua dosa terhapuskan, baik dosa besar, atau dosa kecil.

Namun jumhur ulama, termasuk Imam Ibnu Abdil Barr, Imam Ibnu Rajab, berpendapat bahwa dosa-dosa yang terhapus dengan amal-amal shalih, seperti wudhu', shalat, shadaqah, puasa, dan lainnya, termasuk puasa Arafah ini, hanyalah dosa-dosa kecil.

Pendapat jumhur ini di dukung dengan berbagai alasan, antara lain:

1.Allah telah memerintahkan tobat, sehingga hukumnya adalah wajib. Jika dosa-dosa besar terhapus dengan semata-mata amal-amal shalih, berarti taubat tidak dibutuhkan, maka ini merupakan kebatilan secara ijma'.

2.Nash-nash dari hadits lain yang men-taqyid (mengikat; mensyaratkan) dijauhinya dosa-dosa besar untuk penghapusan dosa dengan amal shalih.

3.Dosa-dosa besar tidak terhapus kecuali dengan bertobat darinya atau hukuman pada dosa tersebut. Baik hukuman itu ditentukan oleh syariat, yang berupa hudud dan ta'zir atau hukuman dengan takdir Allah, yang berupa musibah, penyakit, dan lainnya.

4. Bahwa di dalam syariat-Nya, Allah tidak menjadikan kaffarah (penebusan dosa) terhadap dosa-dosa besar. Namun, kaffarah itu dijadikan untuk dosa-dosa kecil (Lihat Jami'ul 'Ulum wal Hikam, syarh hadits no. 18, karya al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali).

Puasa Arafah untuk Selain yang Berada di Arafah

Kemudian, bahwa disunnahkannya puasa Arafah ini berlaku bagi kaum muslimin yang tidak wuquf di Arafah. Adapun bagi kaum muslimin yang wuquf di Arafah, maka tidak berpuasa, sebagaimana hadits di bawah ini,

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

“Dari Ummul Fadhl binti al-Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, 'Beliau berpuasa.' Sebagian lainnya mengatakan, 'Beliau tidak berpuasa.' Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR. Bukhari, no. 1988; Muslim, no. 1123).

Setelah kita mengetahui keutamaan puasa hari Arafah ini, maka yang tersisa adalah pengamalannya. Karena setiap manusia nanti akan ditanya tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita untuk berada di atas jalan yang lurus. Amin.

Penulis: Ustadz Abu Isma'il

Senin, 17 Oktober 2011

Siapa Yang (Sebenarnya) Diqurbankan Nabi Ibrahim as.?

Oleh : Muhammad Harsono Samsuri*
(Pemerhati & Praktisi Masalah Sosial & Ke-Ummatan)


I.LATAR BELAKANG
Mengingat seringnya penulis mendengar & melihat kerancuan berfikir orang-orang Nashrani tentang hal diatas yang kemudian “ditularkan” kepada umat islam, serta banyaknya pertanyaan dari orang-orang perihal, ”Siapa yang sebenarnya diqurbankan oleh Nabi Ibrahim as” pada waktu perayaan Iedul Adha yang dijalankan oleh umat islam, maka penulis terketuk untuk mengungkap hal ini (tentu saja sebatas ilmu pengetahuan yang kami miliki). Apalagi menjelang atau saat mendekati hari Iedul Adha atau Iedul Qurban seperti sekarang ini.

Untuk mencari KEBENARAN (bukan PEMBENARAN) berdasarkan Kitab Suci (bukan KATA ORANG) apalagi “Konon Kabarnya” atau “Kami Pernah Mendengar” dan lain sebagainya. Penulis mengambil landasan & sumber tulisan ini berdasarkan Al-Kitab Edisi II Tahun 1994 terbitan Lembaga Al-Kitab Indonesia Jl. 12 Salemba Jakarta serta Al Qur’an & Sunah Shohihah.

II. PENDAHULUAN
Ummat Kristen (baik yang Protestan maupun Katholik & sekte-sekte lainnya) mengabarkan bahwa yang diqurbankan Nabi Ibrahim as adalah ISHAQ anaknya yang tunggal (Kejadian 22:1-2) & bukannya ISMAIL karena dia bukan anak yang sah (Kejadian 16:1-11) sebab dia berasal dari anak hamba sahaya. Pada hakekatnya semua itu adalah Hak Mereka (Ummat Kristen) untuk menyakini hal tersebut & hal itu sah-sah saja. Permasalahannya sekarang adalah, karena hal tersebut sering “dinyaringkan & dinyanyikan” serta “didengung-dengungkan” kepada ummat selain mereka, dalam hal ini yaitu kepada Ummat Islam, akhirnya kaum muslimin (meskipun hanya sebagian kecil) yang lemah iman & ilmunya dalam masalah agama (dienul islam) menjadi biasa atau ragu tentang kisah penyembelihan qurban pada waktu Iedul Adha berlangsung.

Maka dengan hal itu, sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk saling mengingatkan kepada muslim lainnya atau kepada Ummat Kristen (tentu kita tau, bahwa banyak dari ayat-ayat Al Qur’an yang diawali dengan kata “Yaa Ahlil-Kitab…”) maupun manusia secara keseluruhan selain ummat yang beragama Islam & Kristen (seperti “Yaa Ayyuhan-Nas…”) sebagaimana firman Allah,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al ‘Asr 103:1-3)

III. ANALISIS PERMASALAHAN
Perlu diketahui bersama bahwa didalam Bibel mereka sendiri, Nabi Ibrahim as itu mempunyai 3 istri. Yang pertama adalah SARAH (Kejadian 16:1-4), yang kedua HAJAR (Kejadian 16:1-4) & yang ketiga adalah KETURA (Kejadian 25:1-6). Dari ketiga istrinya tersebut, Nabi Ibrahim as kemudian mempunyai 8 putra, yakni ISMAIL dari HAJAR (Kejadian 16 : 15-16), ISHAQ dari SARAH (Kejadian 21 : 3-5), & KETURA punya 6 anak yakni Zimron, Yoksan, Medan, Midian, Isybak & Suah (Kejadian 25 : 1-2). Bahkan didalam Kejadian 17 : 6, Tuhan akan membuat engkau (Nabi Ibrahim as) akan beranak cucu sangat banyak sekali.

Tentang permasalahan ANAK TUNGGAL, mayoritas orang pasti sudah pada mengetahui bahwa ANAK TUNGGAL bisa berarti anak itu tidak punya saudara-saudara lain yang se-ayah (atau dalam hal ini yaitu saudara kandung se-ibu), atau pada SAAT ITU sang ayah BARU PUNYA ANAK SATU saja. Hal ini tentu sangat mudah difahami bagi orang yang mau berfikir dengan logika yang sehat & mengedepankan KEBENARAN, bukan PEMBENARAN didalam menelaah suatu permasalahan.

Untuk lebih lengkap & jelasnya, disini kami akan mengutip Kejadian 21 : 5 yang isinya kurang lebih adalah bahwa pada waktu ISHAQ lahir, Nabi Ibrahim as berumur 100 tahun, sedangkan pada waktu ISMAIL lahir, Nabi Ibrahim as berumur 86 tahun (Kejadian 16 : 16). Dengan hal ini sudah bisa kita ketahui bahwa usia Nabi Ismail as lebih tua dari pada Nabi Ishaq as karena Nabi Ismail as lebih dulu lahir& selisih umur mereka adalah 14 tahun. Jadi secara logis, kalau ingin disebut ANAK TUNGGAL pada saat itu harusnya Nabi Ismail as, sebab beliau lebih dahulu lahir. Dan tentunya anak yang LAHIR DULUAN (anak sulung) tersebut yang disebut ANAK TUNGGAL. Hal ini karena SAAT ITU Nabi Ismail as belum mempunyai adik atau kakak (saudara) yang lainnya.

Sedangkan permasalahan yang dikemukakan oleh orang-orang Kristen bahwa istri Nabi Ibrahim as yang sah adalah hanya-lah SARAH saja, sebetulnya sudah terjawab pada point ke II sebagaimana diatas. Bahwasanya Hajar & Ketura-pun istri yang sah dari Nabi Ibrahim as. Bila ada orang islam yang mengaku dirinya beriman, pasti sudah 100 % yakin & percaya bahwa tidak mungkin seorang Nabi & Rosul yang telah diutus Allah swt melakukan perbuatan keji & tercela, yaitu BERZINA. Sebab para Nabi & Rosul selalu terjaga dari segala dosa & selalu dijaga oleh Allah SWT.

Selain itu, yang perlu diketahui bersama adalah pada SAAT ITU belum ada sistem MONARCHI atau sistem Kerajaan dengan model “Putra Mahkota”& tak ada yang disebut sebagai “GARWO PADMI atau PERMAISURI” (istri Raja yang tidak dinikahi secara resmi). Kecuali, seumpama orang-orang Kristen itu merujuk hukum yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor X (PP. X) dimana istri ke-2, ke-3 & seterusnya adalah TIDAK SAH.

Dan kalau kita melihat sejarah jauh kebelakang, yang mana nenek moyang Yesus banyak juga yang “ber-POLIGAMI-ria”, seperti JACUB (Kejadian 32 : 22), DAUD (Maz 51 : 1-2), bahkan SALOMO atau SULAIMAN punya 700 istri (1 Raja 11 : 3). Yang terpenting adalah nabi-nabi diatas merupakan keturunan Nabi Ishaq as. yang otomatis juga keturunan Nabi Ibrahim as. & kesemuanya itu juga merupakan istri-istri yang SAH. Kemudian pertanyaannya, “MASAK PARA NABI BERSLINGKUH?”

Kemudian yang justru menjadi tanda tanya besar (The Big Questionmark) kita adalah, Kalau analisi ini benar (yang betul betul-betul diqurbankan adalah ISMAIL bukannya ISHAQ sebagaimana keyakinan orang-orang Kristen), maka perlu kiranya kita mengoreksi kekeliruan tersebut & orang-orang Kristen Wajib sadar & kembali kepada Millah (Agama) yang benar yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as & kemudian beriman kepada apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhammad saw sang Nabi terakhir bagi seluruh ummat manusia.

Kita-pun juga tau (menurut Al Qur’an & Bibel sendiri) bahwa Nabi Ishaq as yang menurunkan atau sebagai nenek moyang kaum Yahudi, sedangkan Nabi Ismail as yang menurunkan atau nenek moyang bangsa Arab. Maka dengan hal ini, Muhammad bin Abdulloh bin Abdil Muththolib yang menjadi Nabi-nya ummat Islam yang benar-benar menjadi pemimpin bangsa yang besar sebagaimana didalam Bibel Kejadian 21 : 18, Ulangan 18 : 18, Matius 21 : 43 & Yohanes 14 : 26, 15 : 26, 16 : 7-15 hal ini juga telah disebutkan. Akan tetapi kenapa mereka (orang-orang Kristen) juga tidak mau segera sadar dari kesalahan faham mereka? Hal ini tidak lain karena memang ada agenda tersembunyi dari para rahib-rahib atau pendeta-pendeta Kristen. Wallahu A’lam Bish-Showab…

IV. KESIMPULAN & SARAN
Dari pemaparan & analisis diatas, Anda tentunya & insya Allah bisa mengambil ibroh (pelajaran) sendiri, bahwasanya Bibel mereka sendiri dengan TEGAS & JELAS memfirmankan bahwa ANAK TUNGGAL yang diqurbankan itu adalah Anak Sulung Nabi Ibrahim as yaitu Nabi Ismail as sebagaimana firman Allah swt,
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar (yang dimaksud ialah Nabi Ismail as). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur yang cukup dewasa) dan bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata : “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash Shaffat 37 : 100-102)

Karena kedengkian & kesombongan yang timbul dari hati mereka (orang-orang Kristen) & setelah nyata kebenaran, mereka-pun tidak mau mengikuti risalah (agama) yang dibawa Nabi Muhammad saw meskipun mereka bukan orang-orang yang benar. Hal ini ditegaskan Allah swt dalam firmannya,
“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqoroh 2 : 109)
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata : "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah : "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (QS. Al Baqoroh 2 : 111 & lihat juga QS. Al Baqoroh 2 : 120)

Dan karena hobbi mereka yang suka memutar balikkan kebenaran & fakta, mereka-pun juga mengatakan bahwa Nabi Ibrahim as BUKAN YAHUDI & NASHRANI, tetapi orang yang lurus. Hal ini mereka lakukan tidak lain karena ingin menyesatkan manusia. Allah swt berfirman,
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, Padahal ia bukan dari Al kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", Padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata Dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui”. (QS. Ali ‘Imron 3 : 78)

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus (Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan) lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman. Segolongan dari ahli kitab ingin menyesatkan kamu, Padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya. (QS. Ali ‘Imron 3 : 67-69)

Akhirnya, semoga Allah swt memberikan hidayah kepada orang-orang Kristen & ummat islam yang sudah terkena “Racun” salah pemikiran yang menjangkiti mereka. Semoga mereka bisa segera sadar & insyaf yang akhirnya memilih Dien yang hanya diridhoi oleh Allah swt, yaitu ISLAM. Amin…(Bekti Sejati/KRU FAI)

Klaten, 20 Dzulqo’dah 1432 H/17 Oktober 2011 M

*KET : Penulis adalah orang asli Klaten Jawa Tengah yang lahir pada 67 tahun silam (tahun 1944). Meski umur sudah udzur, tapi semangat & cara gerak beliau bisa dibilang seperti pemuda yang baru berumur 30an tahun. Meskipun penulis lahir di Klaten, tapi semenjak SD hingga dewasa penulis tidak tinggal di Klaten alias “Hijrah” keluar Jawa. Penulis sejak lahir ber-KTP islam, tapi karena sering bergaul & kedekatannya dengan orang-orang diluar islam (ada yang dari Protestan, Katholik, Hindu, dll), akhirnya memberikan pengalaman sendiri & secara akal “ikut” cara berfikir orang-orang diluar islam. Hal inilah yang akhirnya membuat penulis mengetahui seluk-beluk agama Kristen dengan detail, melebihi pemeluk agama Kristen sendiri. Akan tetapi hal tersebut tidak lantas membuat penulis “Murtad” dari agama yang dipeluk oleh ke-2 orang tuanya, yaitu agama islam. Sekarang ini penulis aktif didalam kegiatan-kegiatan Sosial Ke-Ummatan untuk menjaga aqidah ummat islam dari bahaya Kristenisasi. Selain itu, penulis juga aktif sebagai penulis & Konsultan didalam Forum Al Ishlah (sebuah forum diskusi yang dikelola oleh gabungan beberapa mahasiswa di Solo, Klaten & Jogja) dengan situsnya www.forum-alishlah.com dengan rubrik seputar Kristologi. Dan terakhir penulis aktif sebagai “Anshor” bagi orang-orang yang baru masuk islam maupun orang-orang ingin masuk kedalam agama islam. Untuk lebih dalam mengenal beliau & bila ada yang ingin tanya jawab, silahkan kirimkan ke-email faimpu@yahoo.com (moslem idea)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites